Categories

Artisku (1) catatanku (8) cerpen (1) puisi (6) tentang saya (1) tips (2)

Jumat, 13 Mei 2011

Ladang Padi

Ini salah satu cerpen Kribo ceritanya tentang seorang kasih anak lelaki kepada ayahnya .  silahkan menikmati ceritanya, dan JANGAN LUPA BERIKAN KOMENTAR, ya . (MSN Onion Emoticon)



“ Ayah, aku ingin sekali bermain tawa canda, sambil duduk bersila di pendopo belakang rumah, walau tak mengucap apa-apa, hingga aku merasa puas saat meninggalkanmu”.


***

          Aku tersadar dari lamunan panjangku, yah, lamunan yang membuat rasa perih luka di hati, sakit rasanya kembali kambuh  memaksaku untuk merasakan duri kehidupan menusuk menembus kulit dan daging perasaanku, tapi memang inilah hidup yang pahit dan harus aku jalani.

          Ipah nama itu adalah nama orang yang akan tinggal dan bekerja di rumahku, sesuai permintaan ayahku, sore ini aku disuruh menjemputnya dan membawanya kerumah ini, dan tentu saja menunjukan kamar mana yang akan  ditempatinya.

          Pukul 17.25 wib. Aku telah sampai di tempat yang sudah dijanjikan untuk bertemu dengan si Ipah. Tak lama kemudian aku melihat seorang gadis menghampiriku, sambil memikul tas besarnya dia tersenyum padaku, senyumannya manis, terlihat masih muda mungkin seumuran denganku, dia kelihatan keberatan membawa tas besarnya di punggung tubuh nya yang kurus dan langsing.

          Aku : “kamu, Ipah ?”
          Ipah : “iya bang,”
          Aku : “yuk, naik,”

          Aku tidak merasa keberatan dengan bobot tubuhnya yang kurus, tidak seperti saat aku membonceng temanku Yoko yang bertubuh gendut.karna tubuhnya yang gendut namun hatikulah yang keberatan. Aku merasa dia akan menjadi duri yang akan siap menusuk hati dan perasaanku hingga berdarah air mata.

          Aku : “Ipah! ini kamarmu, letakan saja bajumu dilemari itu,”
          Ipah : “iya,”
          Aku : “kamu sebenarnya orang mana ?,”
          Ipah : “saya orang Siantar bang, keluarga saya tinggal disana semua,”
          Aku : “jadi kamu kenal ayah aku dari mana ?,”
          Ipah : “sejenak terdiam lalu berkata “iya, ayah abang kenal sama ayah 
                   Saya,’’
          Aku : “kenal dari mana ?,’’
          Ipah : “Oh.. saya lupa bang, hehe ’’ sambil tertawa kecil.
          Aku : “oh, ya sudah. Jika mau mau nonton tv, tonton saja di ruang tv,
                      tp ingat jika sudah siap dibereskan lagi jangan dibiarkan berse
                      rakan, kamu memang bukan bekerja sebagai pembantu disini
                      tapi enggak ada salahnya kan, kamu beres-beresin sedikit kalau
                      ada yang berantakan,” kataku datar.
          Ipah : “iya bang, oh iya, nama abang siapa ? ’’
          Aku : “ Ricky ’’, jawabku sepatah kata, lalu pergi meninggalkannya.

******

          Kali ini ayahku sudah benar – benar kelewatan berani membawa perempuan untuk masuk kedalam rumah kami. Setelah ibu tiriku yang sangat baik padaku pergi karna tak tahan melihat ayah bermain gila sama anak gadis tetangga  saya yang keluarganya sangat miskin. Ayah memang terkenal suka kawin dan main perempuan, seakan-akan semua perempuan yang ada di dunia ini ingin dirasakannya. Setelah ia menikahi ibu kandungku yang sangat cantik , sehingga ibu meninggalkan aku yangwaktu itu masih berumur 2 tahun, ibu tak mau mengurusku karma ibu merasa ayah lebih pantas merawatku karna ayah orang kaya tidak seperti ibu orang miskin.

          Setelah 5 tahun ayah berpisah dengan ibu kandungku, ayah menikah lagi dengan ibu tiriku yang sebelumnya sudah 1 tahun sering merawatku saat  berpacaran dengan ayahku. Aku bahagia mempunyai ibu tiri yang baik seperti dia, bahkan dia lebih baik dari ibuku kandungku, selama mengurusku dia tidak pernah membeda-bedakan aku dengan adik tiriku, bahkan ketika aku ingin pergi kesekolah dia selalu menyulangi sarapan untukku hingga aku kelas 3 sma, rasa sayang yang begitu besar kepada ayahku membuatnya juga sangat menyanyangi aku hingga sampai detik ini. Pernah suatu ketika kami menangis berdua di malam hari ketika saat itu aku mengatakan keinginanku untuk keluar dari rumah karma tak tahan melihat kelakuan ayah yang bukan hanya suka main perempuan tapi juga sudah tak perduli lagi dengan keluarganya.

          Saat kecil ayah juga sangat menyayangiku, menjadi single parent, sampai ayah menikah dengan ibu tiriku. Dia mengajari aku tentang banyak hal dan kebaikan,sering  mengajak ku jalan-jalan ke kebun binatang, menanam bunga di halaman depan rumah, mengumpulkan serangga- serangga cantik yang kami tangkap di kebun yang  penuh dengan bunga yang kami tanam sendiri, ayah juga sering mengajakku memancing ikan di kolam Pak Warjo. Hingga sampai saat dewasa ini aku benar-benar mencintai alam sesuai yang diajarkan ayah padaku. Aku tak bisa melupakan kenangan manis itu, walau saat itu aku masih kecil tapi aku bisa mengingat semuanya.

          Ayah : “ Ricky, anakku sayang… kalau nanti udah besar ricky mau jadi
                      Apa ?” ayah bertanya padaku sambil tersenyum manis dielusnya
                      Rambutku”,       
          Aku : “ ricky mau jadi kaya Ayah, yang orangnya baik, suka beliin ricky
                      jajan dan mainan, hehe” jawabku manis sambil memegang top-
                      les kaca yang Isinya ikan-ikan kecil”,
          Ayah : “ haha, kalau begitu Ricky, harus makan dulu biar jadi seperti
                      Ayah, oke aaaa dulu dulu dong, aaaaaaa …. am …… haha’’.
          Aku & ayah : “ hahaha haha hahaha”.

Saat itu adalah kenangan disiang hari di tengah sawah padi yang luas, ditemani angin semilir kami bercanda-canda berdua, aku masih bisa mengingatnya, hingga sekarang.

          Ibu dan ayah menjalani kehidupan rumah tangga sampai adik tiriku yang kusayang berumur 13 tahun. Seperti ayah memperlakukan ibu kandungku. Ayah juga berselingkuh dengan banyak wanita dibelakang ibu tiriku. Sampai titik terakhir kesabaran ibuku habis 1 minggu yang lalu, ibu minggat dari rumah dan pulang kerumah bapaknya yang tinggal sendirian.
Ibu selalu memaafkan kesalahan Ayah tapi tidak untuk yang kali ini  ibu tidak akan pernah memaafkan Ayah lagi dan tinggal bersama Ayah setelah ia tau Ayah berselingkuh dengan anak gadis tetangga kami yang sudah kami anggap sebagai saudara sendiri.

 Aku ingin sekali menangis, menangis terisak sampai sejadi-jadinya, melakukan apa yang aku lakukan saat aku di jewer oleh ibu waktu aku kecil, menangis . setelah puas menangis aku akan diam dan kembali riang, tapi saat ini sungai air mata ini, sudah tidak bias mengalir lagi. Entah dia tersumbat atau kering menguap karena terik derita perasaan.

******

          Sepertinya pagi ini hujan turun, suara rintiknya yang jatuh mengenai genteng rumahku membuat aku terbangun  di pagi yang malas ini. Seperti biasa aku harus menanak nasi, membersihkan rumah, dan yang lainnya. Namun aku terkejut melihat rumah ku yang sudah rapi, lantai bersih dan wangi, kain jendela sudah terbuka, barang barang tersusun dengan semestinya. Aku yakin pasti si Ipah yang melakukan semua pekerjaan ini. Siapa lagi, tidak mungkin ayah atau adik tiriku, karma cuma kami yang menempati rumah ini. Kulihat adikku sedang mengikat tali sepatunya di teras rumah, yah sepertinya aku bangun agak kesiangan kali ini, aku harus bergegas untuk mandi dan mengantarkan adikku pergi kesekolah dan pergi untuk kuliah dengan motor yang biasa aku kendarai.

          Hatiku berdetak kencang, tanganku gemetaran, mataku berkaca- kaca , apa yang aku takutkan akhirnya kulihat juga, mataku sangat sial mengapa aku harus diperlihatkannya sebuah pemandangan yang membuat hatiku yang hancur menjadi terbakar . aku melihat Ipah dan Ayah ku sangat mesra, mereka sarapan bersama, berhadap-hadapan, sambil mengeluarkan tawa-tawa kecil, sungguh hatiku sangat hancur. Akhirnya di ruang makan rumahku ini tuhan memperlihatkanku kebejatan ayahku, aku melihat dia bermesraan dengan wanita lain selain ibu tiriku di hadapan mata dan kepalaku sendiri.

          Ayah : “hei, ayo sarapan sini, kenapa bangun kesiangan? sarapan
                      Sini, masakan si Ipah enak, Sudah kenalkan sama si Ipah,
                      Di akan bekerja dikantor Ayah, menggantikan posisi ka Aan,
                      Yah, Cuma Bantu-bantulah, nanti kalau sudah pintarkan akan
                      Ayah pindahkan ke departemen lain, ayo sini sarapan”.

          Kulihat si Ipah tersenyum kecut, sambil menaikkan alis matanya, sepertinya dia tau kemesraannya dengan ayahku telah aku ketahui. Aku hanya mengangguk dan pergi meninggalkan mereka berdua.

          Akhirnya anugrah datang juga , air mataku mengalir lagi setelah sekian lama aku tak pernah menangis, walau apa yang orang katakan tentang ayahku membuat hatiku teriris juga. Aku menangis disepanjang perjalanan mengantar adikku kesekolah. Air mataku mengalir deras walau tak ada suara isakan.
          Bahkan senyum dan tawa anak-anak sekolah dasar ini tak membuat air mataku berhenti. Aku telah sampai mengantar adikku yang sekolahnya berdekatan dengan sekolah anak-anak ini .

          Adikku : “abang, sepertinya habis menangis ya, cerita dong sama Awi,
                        Ada apa?, ada apa lagi bang?”
          Aku:       “nanti saja Wi, abang ceritakan” kataku smbil tersenyum
                        Manis

Tiba – tiba dia memelukku, aku jadi terkejut tidak biasanya dia seperti ini.

          Adikku : “ Awi sayang abang, jangan tinggalin Awi sendirian sama
                        Ayah”.
          Aku :      “ iya Wi, sudah sana masuk, teman-temanmu sudah menung
                        gumu”,kau memang adik lelakiku yang baik kataku dalam
                        hati.

          Aku pergi meninggalkannya entah mengapa ini terasa sangat berat, berat sekali “ Hati-hati ya” katanya sambil melambaikan tangan, ya Tuhan aku benar-benar tidak sanggup dalam di keadaan seperti ini, aku ingin sekali menampar, menunjang , memaki, bila perlu melaporkan ayah kepolisi, tapi apa dayaku, sebelumnya aku juga sudah pernah mengikatkan ayah tapi Ayah malah memaki-makiku dengan sebutan “anak babi” yang tak tahu diuntung, itu sangat sakit sekali rasanya, ingin aku melawan perkataannya, tapi apa dayaku rasa sayangku sangat besar kepadanya, bagaimana pun juga dia telah membesarkan aku dengan memberikan kenangan yang indah di saat aku kecil, terlebih dia tidak pernah main tangan, sejak aku dilahirkan sampai sekarang ia tidak pernah memukulku, hanya saja dia … hah entahlah yang aku tau saat aku masuk sekolah menengah pertama ia telah tak peduli lagi padaku, entah karna apa, dia tak pernah lagi menanyakan pekerjaan rumahku, menyuruhku menjalankan ibadah, atau hanya sekedar mengajakku jalan-jalan. Yang aku tau hanya omongan orang-orang yang menyebut ayahku tukang kawin dan main perempuan.

          Ayah mengapa tidak kau bunuh saja aku, disaat aku masih bayi, atau mengapa tidak kau buang saja aku kepinggir jalan, biar aku tidak menderita seperti saat ini. aku sayang padamu ayah, aku ingin kau seperti yang dulu, yang mau mengajariku hal yang baik, ayah betapa besar rasa cintaku padamu, aku anakmu bukan orang lain, ayah aku berjanji jika suatu saat kau berubah aku tak akan pernah melakukan kesalahan, aku akan menjadi anak yang baik seperti yang kau inginkan.

          Oh tuhan tolonglah aku, sampai kapan aku harus menderita seperti ini, aku ingin seperti temanku yang lainnya, mempunyai keluarga yang utuh dan bahagia, kalau tidak … ambillah nyawa ku, walau mati tidak seperti tidur dan bermimpi yang indah, tapi aku yakin aku aku akan menemukan sesuatu yang lebih baik dari pada harus diam menyaksikan ayahku berjalan dengan kaki yang pincang, mata yang buta dan telinga yang tuli oleh nafsu binatang yang dihidangkan oleh setan. Tuhan aku sayang ayahku .

          Aku terkejut, saat melaju kencang ada seorang bocah yang tiba- tiba menyeberangi jalan, aku mengelakkannya, syukurlah aku bisa menghindarinya, sehingga tidak menabraknya, aku melihat kebelakang, dia berjalan santai seperti tidak ada kejadian apapun, hmmm dasar anak kecil, BRUAKKKK!!!

          Mobil besar menghantamku dari depan, seketika tubuhku masuk kedalam kolong mobil dan terseret –seret sampai sejauh 10 meter, tulangku remuk, mulutku koyak, dan seluruh tubuhku berdarah, aku masih sadar dan merasakan sakit yang amat luar biasa.

          Aku terbangun kulihat  ibu tiriku, dan adikku, berada disamping kananku, ruangan ini juga sepi tidak terdengar suara-suara orang, sepertinya aku berada di ruang Rumah sakit. hmm elusan siapa ini jari- jarinya begitu lembut bermain dirambutku, terasa hangat dan penuh kasih sayang, sudah lama sekali aku tak merasakan ini, ku gerakkan bola mataku kearah kiri semampuku hanya untuk melihat siapa orang yang mengelus rambutku, kulihat seorang lelaki berumur kira-kira 45 tahun, tampan dan berkaca mata, tapi ada yang lain, matanya mengeluarkan air mata, dan isak tangisnya terdengar sangat lembut. Aku tersenyum kecil rupanya itu ayahku, aku bahagia sekali, aku ingin terus merasakan elusan tangan yang hangat ini dirambutku, hingga aku terlelap.


*****

          Aku bercermin di cermin yang besar dan sangat indah, aku melihat diriku, muka ku terlihat pucat, kantung mataku agak sedikit hitam, bibirku juga berwarna kebiru-biruan, aku memakai baju yang berwana putih, sungguh aku tidak suka warna putih, tapi entah mengapa aku merasa nyaman memakainya, aku mencoba untuk tersenyum wajahku sangat manis, dengan bibir tipisku dan hidungku yang mancung.

          Aku mencium aroma padi yang siap untuk di panen, aku berjalan mencari asalnya, kulihat dari jendela, ternyata di luar ada ladang padi yang sangat indah, aku bergegas untuk keluar, kulihat ada seorang lelaki bermain ayunan yang di gantungkan di pohon yang besar di pinggir sawah.

          Aku mendatanginya, aku senang ternyata itu ayahku, kami tidak berbicara satu sama lain, hanya tertawa dan terus tertawa bermain ayunan, hingga fajar datang.tiba-tiba ayah mengatakan: “ayah harus pulang, masih ada tanggung jawab ayah disana, Ricky istirahat lah disini, Ayah sayang sama Ricky”, Entah mengapa aku merasa puas. Mungkin aku tetap menunggu ayah di tempat ini, di ladang ini, dan di ayunan ini. Tak perduli lamanya waktu untuk menunggu. “Ricky juga sayang sama ayah”.

SELESAI



Ricky Wijaya
11 desember 2010
17.00 wib


FOTO : GOOGLE SEARCH

2 komentar: